Rabu, 12 September 2012

Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Kelompok 2 
1. Beby Haryanti 08-104
2. Juli 09-072
3. Serefi 09-081 


Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori Piaget membahas perkembangan kognitif manusia yang berfokus pada pemikiran manusia. Teori ini digolongkan dalam konstruktivisme yang berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi otomatis terhadap lingkungan. Piaget membagi skema anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama pertambahan usia, yaitu :
§  Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode sensorimotor merupakan periode pertama. Tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
  1. Sub-tahapan skema refleks (lahir – 6 minggu) berhubungan dengan refleks.
  2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer (6 minggu - 4bulan) berhubungan dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
  3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder (4 – 9 bulan) berhubungan dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
  4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder (9 – 12 bulan) saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
  5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier (12 bulan – 18 bulan)  berhubungan dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
  6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
§  Periode praoperasional (usia 2 – 7 tahun)
Piaget menunjukkan adanya Pemikiran Praoperasional. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris, yaitu anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
§  Periode operasional konkrit (usia 7 – 11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia tujuh sampai sebelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Ø  Pengurutan : kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya: bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Ø  Klasifikasi : kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Ø  Decentering : anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Contoh : anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Ø  Reversibility : anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Ø  Konservasi : memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Contoh : bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Ø  Penghilangan sifat Egosentrisme : kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Contoh : Fika menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Rino memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Fika kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Fika akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Rino.
§  Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Piaget mengatakan proses interaksi dengan lingkungan menghasilkan skema. Skema merupakan pengetahuan kita tentang suatu hal ataupun peristiwa.
Contoh dari kelompok tentang skema : Seorang anak memiliki skema tentang bunga mawar. Pengalaman awal anak adalah melihat bunga mawar yang berwarna merah, lalu anak beranggapan bahwa semua bunga mawar  adalah berwarna merah. Suatu saat, anak melihat sekuntum bunga mawar yang berwarna putih. Anak perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang bunga mawar untuk memasukkan jenis bunga mawar yang baru ini. Jadi pada kasus ini skema anak adalah semua bunga mawar berwarna merah.
Piaget membagi proses skema menjadi 2 yaitu :  Asimilasi dan Akomodasi.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Pada contoh diatas anak melihat bunga warna merah dan mengasimilasikannya menjadi “bunga mawar”.
Akomodasi adalah penyesuaian yang melibatkan pengubahan skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Pada contoh diatas, anak melihat bunga mawar warna putih dan mengubah skemanya tentang bunga mawar merupakan proses akomodasi.
Setelah proses penyesuaian tersebut maka mucullah yang disebut dengan equilibrium. Equilibrium merupakan keadaan seimbang antara kognisi dengan lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar