Kelompok 2
1. Beby Haryanti 08-104
2. Juli 09-072
3. Serefi 09-081
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori Piaget membahas perkembangan kognitif
manusia yang berfokus pada pemikiran manusia. Teori ini digolongkan dalam konstruktivisme yang berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi otomatis terhadap lingkungan. Piaget membagi skema anak untuk memahami dunianya melalui empat
periode utama pertambahan usia, yaitu :
§
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode
sensorimotor merupakan periode pertama. Tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks (lahir – 6 minggu) berhubungan dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer (6 minggu - 4bulan) berhubungan dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder (4 – 9 bulan) berhubungan dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder (9 – 12 bulan) saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier (12 bulan – 18 bulan) berhubungan dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
§
Periode praoperasional (usia 2 – 7 tahun)
Piaget menunjukkan adanya Pemikiran Praoperasional. Ciri dari
tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris, yaitu
anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda
dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran
intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris,
yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana
perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
§
Periode operasional konkrit (usia 7 – 11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
tujuh sampai sebelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama
tahapan ini adalah:
Ø Pengurutan : kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya: bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
Ø Klasifikasi : kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan)
Ø Decentering : anak mulai mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Contoh : anak
tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Ø Reversibility : anak mulai memahami bahwa jumlah
atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
Ø Konservasi : memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Contoh : bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
Ø Penghilangan sifat Egosentrisme : kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara
yang salah). Contoh : Fika menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan
ruangan, kemudian Rino memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Fika
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Fika
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Rino.
§
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai
dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Piaget mengatakan proses interaksi dengan lingkungan menghasilkan skema.
Skema merupakan pengetahuan kita tentang suatu hal ataupun peristiwa.
Contoh dari
kelompok tentang skema : Seorang anak memiliki skema tentang bunga mawar.
Pengalaman awal anak adalah melihat bunga mawar yang berwarna merah, lalu anak
beranggapan bahwa semua bunga mawar
adalah berwarna merah. Suatu saat, anak melihat sekuntum bunga mawar
yang berwarna putih. Anak perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya
tentang bunga mawar untuk memasukkan jenis bunga mawar yang baru ini. Jadi pada
kasus ini skema anak adalah semua bunga
mawar berwarna merah.
Piaget membagi proses skema menjadi 2 yaitu : Asimilasi dan Akomodasi.
Asimilasi adalah
proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Pada contoh
diatas anak melihat bunga warna merah dan mengasimilasikannya menjadi “bunga
mawar”.
Akomodasi adalah
penyesuaian yang melibatkan pengubahan skema akibat adanya informasi baru yang
tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi
pemunculan skema yang baru sama sekali. Pada contoh diatas, anak melihat bunga
mawar warna putih dan mengubah skemanya tentang bunga mawar merupakan proses
akomodasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar